Syarif Husni's Greeting


Minggu, 02 Oktober 2011

Dawai Rindu untuk Abang


LANGIT MALAM diatas atap sebuah bangunan rumah sederhana disebuah desa kecil di pelosok Lombok kembali mendung. Entah untuk kesekian kalinya langit selalu mendung. Di sana, di langit itu tidak ada bintang. Tidak ada bulan. Tidak ada cahaya. Gelap. Hambar. Kosong. Senada dengan hatiku saat ini.
 
Kupandangi seisi rumah sederhana itu. Dua buah kertas buffalo warna pink dan putih, dengan coretan boardmarker hitam, serta lakban hitam pada empat sudutnya menempel di dinding bangunan itu.  Sebuah gelas kaca kecil dibiarkan tergeletak begitu saja di atas kusen jendela dapur yang tersambung langsung dengan ruang tamu rumah sederhana itu. Didapur nampak beberapa piring tersusun menumpuk serta sebuah lampu minyak berdiri di pojok. Rumah ini sudah lama tidak berpenghuni, sejak beberapa bulan yang lalu. Tetapi buatku, mengunjungi rumah ini adalah rutinitas yang selalu ingin kuulangi; dari jam ke jam, hari ke hari. Dan kali ini aku datang lagi untuk menemuimu. Adakah kau tahu itu?.
***