Investasi sangatlah penting untuk menggapai kesuksesan,tidak sampai disitu saja tujuan utama untuk menjalankan Peluang Usaha selain mengamankan investasi, adalah bagaimana caranya usaha tersebut berkembang dangan baik tanpa harus mengeluarkan biaya-biaya yang tidak perlu.
Tentunya iklim usaha yang sehat di impikan oleh banyak kalangan pebisnis atau pengusaha,hal ini pun berlaku di Negara Indonesia,namun sayangnya Negara Indonesia dipersepsikan sebagai negara terkorup di Asia,kok bisa demikian?
Publikasi 14 Negara terkorup yang baru kemaren disiarkan oleh sebuah perusahaan konsultan yang bermarkas di Hongkong, Political and Economic Risk Consultancy (PERC). Publikasi daftar negara terkorup itu dilakukan hari Rabu (8/4) di Singapura.
PERC menyusun daftar tersebut setiap tahun. Dasarnya adalah survei yang dilakukan dengan menjadikan para pebisnis asing di setiap negara yang disurvei sebagai responden,daftar tersebut disusun untuk mengukur iklim investasi, apakah baik atau buruk. Salah satu indikator yang dijadikan sebagai pengukur iklim investasi adalah faktor korupsi.namun daftar PERC itu kontroversial, kontradiktif sekaligus bisa diperdebatkan.
Untuk mengetahui Negara-negara mana yang terkorup,simaklah ke 14 Negara Terkorup di Asia :
1. Indonesia Skor 8,32
2. Thailand Skor 7,63
3. Kamboja Skor 7,25
4. India Skor 7,23
5. Vietnam Skor 7,11
6. Filipina Skor 7,0
7. Malaysia Skor 6,7
8. Taiwan Skor 6,47
9. China Skor 6,16
10. Macau Skor 5,34
11. Korea Selatan Skor 4,6
12. Jepang Skor 3,99
13. Hongkong Skor 1,89
14. Singapura Skor 1,07
2 Pembanding Negara Besar Terkorup:
1. Amerika Serikat Skor 2,89
2. Australia Skor 2,40
Indonesia, dalam sejarah penyusunan peringkat daftar negara-negara terkorup, tidak pernah berada dalam kategori negara terbersih. Jika ada perbaikan, secara umum posisi Indonesia selalu masuk kategori terburuk.PERC, biasanya melakukan survei dengan responden pebisnis asing atau ekspatriat yang ada di Indonesia. ”Mereka tentunya berurusan dengan masalah perizinan, keimigrasian, bea dan cukai, kepolisian, dan lainnya,” (seperti juga tersiar di kompas cetak)
Kalau sudah demikian berarti apakah jika kita menjalankan usaha di Indonesia mempersiapkan dana-dana ‘siluman’?sahabat yang bisa merasakan dan menilainnya,pilihan tak banyak namun dengan kesungguhan berusaha di iringi filosfi usaha rintangan ini dapat kita halau dengan baik.
Nah, gimana ne Indonesia???
Dari beberapa sumber.
Syarif Husni's Greeting

Tampilkan postingan dengan label Berita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Berita. Tampilkan semua postingan
Senin, 17 Mei 2010
Sabtu, 08 Mei 2010
Masjid akan Didirikan di Dekat Ground Zero (Wilayah WTC) Jadi Perdebatan di AS
York - Satu masjid akan didirikan di dekat bekas gedung World Trade Center (WTC) New York, Amerika Serikat (AS) alias Ground Zero. Pendirian masjid itu pun menjadi perdebatan antara penduduk New York dan keluarga korban serangan 11 September 2001.
Cordoba House, nama proyek itu, akan menjadi pusat komunitas, termasuk di dalamnya akan didirikan masjid, pusat penampilan seni, gym, kolam renang dan area publik lainnya. Proyek ini merupakan gagasan kolaborasi antara American Society for Muslim Advancement dan the Cordoba Initiative. Kedua organisasi itu mempresentasikan visinya kepada Dewan Komunitas wilayah Manhattan, dan mendapat dukungan.
Eksekutif Direktur American Society for Muslim Advancement Daisy Khan, kendati pusat komunitas itu dipimpin kaum Muslim, pada dasarnya pusat komunitas itu melayani semua elemen masyarakat dari berbagai suku bangsa dan agama.
"Ini akan memiliki rasa komunitas yang riil, untuk merayakan pluralisme di AS, sebaik di dalam agama Islam. Ini (pusat komunitas ini) juga akan melayani sebagian besar masyarakat Islam yang diam yang tak ada hubungannya dengan ideologi ekstrem. Ini akan bisa melawan momentum ekstremis itu," ujar Kgan seperti dilansir dari CNN, Sabtu (8/5/2010).
Pusat komunitas ini dibutuhkan untuk mendukung kebutuhan komunitas Muslim yang sedang tumbuh. "Waktu untuk pusat komunitas ini telah tiba karena Islam itu juga agama di Amerika. Kita butuh mengubah tragedi 9/11 itu kepada sesuatu yang sangat positif," imbuhnya.
Sementara anggota Dewan Komunitas yang menghadiri pertemuan itu, Ro Sheffe mengatakan proyek itu tidak memerlukan persetujuan Dewan. Menurutnya, pusat komunitas seperti itu sangat dibutuhkan penduduk lower Manhattan di tengah wilayah yang sangat komersial.
"Mereka mempunyai tanahnya, dan rencana mereka tidak merubah area zonasi. Mereka datang untuk mengetahui opini kita, dan memberi tahu rencana mereka," ujar Sheffe.
Dari 15 orang perwakilan komunitas, 12 orang dalam voting tertutup menyetujui proyek itu.
Sementara proyek itu menimbulkan pro dan kontra di antara penduduk Manhattan dan keluarga korban 9/11.
"Saya pikir itu hal yang tepat. Saya kehilangan 16 teman saat 9/11. Tapi Muslim juga menjadi korban di sana. Ini akan menjadi tanda yang bagus agar tidak mengecam semua Muslim sebagai teroris dan ekstremis. Sebagai orang kulit hitam, saya tahu bagaimana rasanya didiskriminasi saat kamu tak melakukan apapun," ujar Marvin Bethea, seorang paramedis saat peristiwa 9/11.
Herbert Quida, seorang ibu yang putranya tewas saat tragedi 9/11 mendukung proyek ini sebagai jembatan budaya di New York.
"Saya mengerti kemarahan dan kebencian itu, tapi itu akan lebih menimbulkan kebencian jika sebagian besar masyarakat dunia mengatakan bahwa seseorang yang memiliki kepercayaan ini adalah teroris, itu sangat mengerikan," ujar Quida.
Ada pula yang menentang seperti Michael Valentin, yang juga keluarga korban 9/11.
"Lower Manhattan seharusnya dibuat sebagai monumen bagi orang-orang yang tewas di sana. Itu mematahkan hati bagi para keluarga korban. Saya menegerti mereka membangunnya untuk tujuan terhormat, namun tidak seharusnya itu di sana," ujar mantan detektif yang bekerja di Ground Zero.
Sedangkan penduduk lainnya, Barry Zelman mengatakan lokasi itu akan selalu menjadi pengingat luka.
"Teroris 9/11 melakukan ini atas nama Islam. Itu wilayah sakral di mana banyak orang tewas, saudaraku terbunuh, dan dalam bayang-bayang agama itu (Islam), itu hipokrit," tukas Zelman.
Bagaimanapun, Khan mengatakan umat Muslim juga menjadi korban serangan 9/11. "300 Orang korban di antaranya adalah Muslim. Itu 10 persen dari korban. Kita juga warga negara Amerika. Tragedi 9/11 melukai tiap orang di komunitas Muslim. Kita bersama-sama dalam hal ini, dan bersama-sama pula memerangi ekstremis dan terorisme," jelas Khan.
Cordoba House akan didirikan 2 blok dari Ground Zero, dan sekarang sedang dalam proses perencanaan pembangunan. American Society for Muslim Advancement berharap pengumpulan dana untuk membangun Cordoba House bisa tercapai dalam 3-5 tahun mendatang.
Cordoba House, nama proyek itu, akan menjadi pusat komunitas, termasuk di dalamnya akan didirikan masjid, pusat penampilan seni, gym, kolam renang dan area publik lainnya. Proyek ini merupakan gagasan kolaborasi antara American Society for Muslim Advancement dan the Cordoba Initiative. Kedua organisasi itu mempresentasikan visinya kepada Dewan Komunitas wilayah Manhattan, dan mendapat dukungan.
Eksekutif Direktur American Society for Muslim Advancement Daisy Khan, kendati pusat komunitas itu dipimpin kaum Muslim, pada dasarnya pusat komunitas itu melayani semua elemen masyarakat dari berbagai suku bangsa dan agama.
"Ini akan memiliki rasa komunitas yang riil, untuk merayakan pluralisme di AS, sebaik di dalam agama Islam. Ini (pusat komunitas ini) juga akan melayani sebagian besar masyarakat Islam yang diam yang tak ada hubungannya dengan ideologi ekstrem. Ini akan bisa melawan momentum ekstremis itu," ujar Kgan seperti dilansir dari CNN, Sabtu (8/5/2010).
Pusat komunitas ini dibutuhkan untuk mendukung kebutuhan komunitas Muslim yang sedang tumbuh. "Waktu untuk pusat komunitas ini telah tiba karena Islam itu juga agama di Amerika. Kita butuh mengubah tragedi 9/11 itu kepada sesuatu yang sangat positif," imbuhnya.
Sementara anggota Dewan Komunitas yang menghadiri pertemuan itu, Ro Sheffe mengatakan proyek itu tidak memerlukan persetujuan Dewan. Menurutnya, pusat komunitas seperti itu sangat dibutuhkan penduduk lower Manhattan di tengah wilayah yang sangat komersial.
"Mereka mempunyai tanahnya, dan rencana mereka tidak merubah area zonasi. Mereka datang untuk mengetahui opini kita, dan memberi tahu rencana mereka," ujar Sheffe.
Dari 15 orang perwakilan komunitas, 12 orang dalam voting tertutup menyetujui proyek itu.
Sementara proyek itu menimbulkan pro dan kontra di antara penduduk Manhattan dan keluarga korban 9/11.
"Saya pikir itu hal yang tepat. Saya kehilangan 16 teman saat 9/11. Tapi Muslim juga menjadi korban di sana. Ini akan menjadi tanda yang bagus agar tidak mengecam semua Muslim sebagai teroris dan ekstremis. Sebagai orang kulit hitam, saya tahu bagaimana rasanya didiskriminasi saat kamu tak melakukan apapun," ujar Marvin Bethea, seorang paramedis saat peristiwa 9/11.
Herbert Quida, seorang ibu yang putranya tewas saat tragedi 9/11 mendukung proyek ini sebagai jembatan budaya di New York.
"Saya mengerti kemarahan dan kebencian itu, tapi itu akan lebih menimbulkan kebencian jika sebagian besar masyarakat dunia mengatakan bahwa seseorang yang memiliki kepercayaan ini adalah teroris, itu sangat mengerikan," ujar Quida.
Ada pula yang menentang seperti Michael Valentin, yang juga keluarga korban 9/11.
"Lower Manhattan seharusnya dibuat sebagai monumen bagi orang-orang yang tewas di sana. Itu mematahkan hati bagi para keluarga korban. Saya menegerti mereka membangunnya untuk tujuan terhormat, namun tidak seharusnya itu di sana," ujar mantan detektif yang bekerja di Ground Zero.
Sedangkan penduduk lainnya, Barry Zelman mengatakan lokasi itu akan selalu menjadi pengingat luka.
"Teroris 9/11 melakukan ini atas nama Islam. Itu wilayah sakral di mana banyak orang tewas, saudaraku terbunuh, dan dalam bayang-bayang agama itu (Islam), itu hipokrit," tukas Zelman.
Bagaimanapun, Khan mengatakan umat Muslim juga menjadi korban serangan 9/11. "300 Orang korban di antaranya adalah Muslim. Itu 10 persen dari korban. Kita juga warga negara Amerika. Tragedi 9/11 melukai tiap orang di komunitas Muslim. Kita bersama-sama dalam hal ini, dan bersama-sama pula memerangi ekstremis dan terorisme," jelas Khan.
Cordoba House akan didirikan 2 blok dari Ground Zero, dan sekarang sedang dalam proses perencanaan pembangunan. American Society for Muslim Advancement berharap pengumpulan dana untuk membangun Cordoba House bisa tercapai dalam 3-5 tahun mendatang.
Malaysia Jadi Tempat Mengabdi Ratusan Dosen dan Peneliti RI
Laporan dari Malaysia
Malaysia Jadi Tempat Mengabdi Ratusan Dosen danPeneliti RI
Ramdhan Muhaimin - detikNews
Malaysia Jadi Tempat Mengabdi Ratusan Dosen dan
Ramdhan Muhaimin - detikNews

Bahkan tidak sedikit di antara dosen dan peneliti tersebut adalah yang terbaik dimiliki
"Dalam data kami yang tercatat memang baru hanya 80 orang saja. Tapi melihat yang hadir sekarang dan informasi dari berbagai pihak, jumlah dosen dan peneliti Indonesia di Malaysia hampir 300. Karena peneliti ini tersebar," kata Ketua Indonesian Lecturer and Researcher Association in Malaysia (ILRAM) DR Riza Muhida ketika berbincang-bincang dengan detikcom di sela-sela Silaturahim KBRI Kuala Lumpur dengan ILRAM, Jumat (7/5/2010).
Menurut Riza, sedikitnya ada dua alasan yang menjadi motif banyaknya dosen dan peneliti
Kedua, kenyamanan bagi diri sendiri dan keluarga. "Misalnya, kalau di
kerja tepat waktu, jadi hak keluarga untuk berkumpul bisa terpenuhi. Dan gaji yang diperoleh dari pekerjaan sangat cukup, jadi tidak perlu lagi cari sampingan," cetusnya.
Alasan lain, sambung Riza, banyaknya sarjana dan peneliti
"Seperti saya, setelah tamat S2 dan S3 dari Jepang, saya pernah mencoba masukkan banyak lamaran ke berbagai institusi di
Dia mengatakan, jumlah dosen asal
Ketua Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I4) di Malaysia ini juga mengungkapkan, pada Kamis 6 Mei kemarin, seorang dosen Indonesia yang mengajar di Univeristas Putra Malaysia (UPM), Dr Seca Gandaseca terpilih menjadi dosen terbaik. Penghargaan langsung diberikan oleh
Sultan Selangor.
IIUM juga memilih dosen
Sementara itu Dubes RI untuk Malaysia Da'i Bachtiar mengatakan, banyaknya dosen dan peneliti asal Indonesia di Malaysia menjadi satu kebanggaan, bahwa tenaga intelektual Indonesia banyak diperlukan dan tidak kalah dengan negara lain. Namun Da'i mengingatkan agar siapapun yang bekerja di negara lain selalu menjaga semangat nasionalisme dan cinta Tanah Air.
Da'i juga berpesan, agar setiap warga negara Indonesia di Malaysia, termasuk para dosen dan peneliti juga bisa berperan sebagai duta yang mampu meluruskan setiap persepsi yang salah tentang
"Untuk berbakti kepada bangsa dan negara tidak mesti harus di Tanah Air, tapi dimana pun. Dari luar negeri pun bisa berbakti kepada negara. Anda-anda adalah duta. Bangunlah, Kalau ada persepsi yang tidak pas tentang
Nah, kalau dah seperti ini, bagaimana nasib pendidikan di Indonesia???
Dikutip dari www.detik.com.
Langganan:
Postingan (Atom)