Syarif Husni's Greeting


Minggu, 24 April 2011

Ba’a


      Cerpen : Syarif Husni*)

IA termangu di kursi tua rumahnya. Raut mukanya seakan tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Seakan ia sedang bermimpi. Di dalam mimpinya ia mendengar kata-kata itu diceritakan oleh seorang ina1 paruh baya. Tetapi, ketika matanya mengamati sekelilingnya, ia tersadar bahwa ia tidak sedang bermimpi. Pemandangan yang terpampang didepan matanya jelas adalah sebuah kenyataan. Pemandangan yang hampir sama sejak tiga tahun yang lalu. Sebuah ruang tamu rumah panggung sederhana dengan empat buah kursi plastik warna hijau tanpa meja, sebuah meja kayu besar, sebuah ranjang kayu, sebuah neon yang tergantung langsung dibawah genteng rumah karena rumah tersebut tidak memiliki plafon, beberapa poster dan kaligrafi mewarnai dinding rumah yang terbuat dari papan, serta tikar yang terbuat dari daun pandan tergelar dilantai rumah. Dari tempat duduknya, ia dapat langsung memandang isi kolong rumah tersebut melalui celah papan lantainya.
Ba’a Ranggae..” suara itu kembali menyadarkannya.
“Ruma Tala na wa’ura ka eda sama mena wua rawi manusia ma mbai2..”.
Entah kenapa ia begitu risih mendengar kata itu. Bulu kuduknya merinding mendengarnya. Kata itu memiliki kekuatan magis yang luar biasa. Apalagi kata itu diucapkan oleh orang yang sangat dia hormati dan dia keramatkan, Ina. Ia merasakan semua persendiannya hancur dan darahnya memancar keluar begitu kata itu keluar dari mulut Ina-nya. Tubuhnya gemetar. Bibirnya pucat mengucapkan kembali kata itu. Lirih. Ba’a!. Oh, betapa ngerinya!.

Senin, 18 April 2011

LOMBA MENULIS CATATAN HEROIK PEREMPUAN “GIRL’S POWER” Oleh : EL Kinanti


Oleh : EL Kinanti
 Bismillahirrahmanirrahim...
LATAR BELAKANG
  Temans, sepanjang bulan April hingga Mei ternyata adalah bulan-bulan penuh catatan heroik, baik dari kategori pahlawan wanita, pahlawan pendidikan hingga pahlawan revolusi yang terabadikan dalam Hari Besar Nasional : Hari Kartini (21 April), Hari Pendidikan Nasional (2 Mei) hingga Hari Kebangkitan Nasional (20 Mei).
Hingga tergelitik rasanya ingin mengabadikan momen terindah ini dalam sebuah catatan heroik perempuan, dalam sebuah lomba menulis bertemakan GIRL’S POWER. Tulisan tidak selalu harus bertemakan tentang pejuang nasional, namun siapapun di sekitar kita bisa saja bersikap dan bermental pejuang. Terbuka untuk lelaki atau perempuan, cowok atau cewek, asalkan tokoh dalam tulisan notabene ‘Perempuan’, dan orang yang memang kamu kenal baik

Kamis, 07 April 2011

Murka Seorang Sahabat

Siang ini, disaksikan mentari
Aku tegaskan padamu, sobat
Bahwa aku bukanlah gundikmu!

Tak perlu suara lantangmu
Atau urat lehermu yang mengerang
Juga ancaman gelapmu
Karena aku tidak tuli, sobat
Bahkan dengan isi batok kepalamu sekalipun!

Rabu, 06 April 2011

Sajak Orator

Pagi ini…
Ingin kupekikkan jerit hati ini
Kepada mereka yang duduk di kursi empuk di atas gedung sana
Kepada mereka yang mengenakan seragam kepahlawanan tetapi selalu kalah perang
Kepada mereka yang dihadiahi korek kuping besar oleh anak negeri
Kepada mereka yang matanya selalu terlelap dan mulut yang hanya bisa bilang “setuju”

Laki-Laki Pencari Tuhan


Aku tidak tahu persis sejak kapan ia pertama kali mengunjungiku. sebulan, dua bulan yang lalu. Entah. Sungguh aku tidak ingat. Belakangan aku sering melihatnya mengunjungiku. dengan wajah yang ceria. Tetapi lebih sering ia datang padaku dengan tatapan kosong dan hampa. Seperti siang ini. Ia datang membawa mendung. Dan seketika hujan ketika ia berada di pintu-Nya, tepat di depanku..
Usianya masih sangat muda. Dua puluh lima tahun. Ia datang padaku dengan mengenakan celana kain hitam, kemeja kotak-kotak, dan berkopiah putih serta seperti biasa, tas ransel yang selalu sesak. Biasanya tas itu berisi buku-buku, dan terkadang sarung dan juga jaket. Ia berjalan lemah, membawa mendung. Setelah berwudhu, laki-laki itu menghampiriku. Ranselnya ia sandarkan dipunggungku yang dingin. Dan ia tenggelam dalam takbirnya, mencari Tuhan yang hilang!.

Selasa, 05 April 2011

Mom


When I was a child, I cried a lot
Coz I knew I was nothing
But slowly I felt
I was everything for you
In your breathe
In your heart

Sekarat

Tertatih aku menggapaimu
Berlari
Tersandung
Jatuh
Berdarah-darah
Dan sakarat!

Kenapakah hati tak jua menyerah?

Dengan segenap kuat yang ada
Ku kembali berlari
Tersandung
Jatuh
Berdarah-darah
Dan sekarat!

Adakah kau di sana mengerti
Bahwa berdarah-darah aku mempertahankannya!



(Penghujung 2008)

Minggu, 03 April 2011

Sajak Sesal



Haruskah begini?
Tak ada ruang untuk bicara
Tentang rindu yang mati
Diujung keris egoku dan egomu
Tentang mimpi yang pupus
Dibawah pelangi yang tak kunjung hujan

Haruskah kita rubuhkan?
Gubuk mimpi yang hampir sempurna kita bangun
Dengan atap daun rindu dan lantai yang kita sulam dari butir-butir setia
Tidakkah kau ingat betapa kita memisahkan kerikil-kerikil kecil dari pasir komitmen yang kita ciduk di kedalaman sungai hati?
“Ini akan merusak bangunan rumah kita. Ia harus dibuang!” katamu.

Kemudian kita melukis bersama
tentang syurga yang ‘nak kita pinjam dan kita bawa pulang

oh seandainya pagi tidak terlalu dini menyapa
bukankah kita masih bisa melanjutkan mimpi?
Mimpi yang pupus itu
Dibawah pelangi yang tak pernah kunjung hujan


Lombok, 030411 pkl 19.20