Sungguh, ini hanya perjalanan mendaki biasa
Sama seperti turis-turis asing itu
Perjalanan mengagumi keagungan Tuhan dan menikmati anugerah alam
Pun aku begitu.
Sungguh kureguk habis setiap keindahan yang kutemukan sepanjang perjalanan
Kutanam kagumku pada celah-celah ilalang dan jenjang pepohonan pinus
Kunikmati lelah raga dan bulir keringat yang menyerbu tanah
Sungguh ini perjalanan biasa saja, tak ada yang istimewa!
Namun, rasanya aku salah
Syaraf sensitifku telah putus sejak berbulan-bulan sebelumnya
Aku tiba-tiba alpa dengan rintik matamu,
Aku tiba-tiba amnesia dengan kosong lambungmu,
Aku tiba-tiba buta akan begitu setianya kau menemani sepi,
Berlari mendahului jauh di depan, atau melambatkan tempo di belakang.
Kau tahu, aku alpa dengan semuanya
Harusnya aku yang disana
Berjalan beriring disampingmu sembari mendengarkan celotehmu
Ah, entah bagaimana, bagiku ini sungguh perjalanan biasa saja
Maaf bila aku alpa
Semoga pada dimensi waktu yang lain, aku bisa menebusnya kembali :
Memahami sepenuhnya akan rintik matamu, kosong lambungmu, sepi
perjalananmu, hingga ragamu yang letih!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar